Senin, 03 Maret 2014

Evolusi Ubur-ubur






BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar belakang

Evolusi (dalam kajian biologi) berarti perubahan pada sifat-sifat terwariskan suatu populasi organismedari satu generasi ke generasi berikutnya. Perubahan-perubahan ini disebabkan oleh kombinasi tiga proses utama: variasi, reproduksi, dan seleksi. Sifat-sifat yang menjadi dasar evolusi ini dibawa oleh gen yang diwariskan kepada keturunan suatu makhluk hidup dan menjadi bervariasi dalam suatu populasi. Ketika organisme bereproduksi, keturunannya akan mempunyai sifat-sifat yang baru. Sifat baru dapat diperoleh dari perubahan gen akibat mutasi ataupun transfer gen antar populasi dan antar spesies. Pada spesies yang bereproduksi secara seksual, kombinasi gen yang baru juga dihasilkan oleh rekombinasi genetika, yang dapat meningkatkan variasi antara organisme. Evolusi terjadi ketika perbedaan-perbedaan terwariskan ini menjadi lebih umum atau langka dalam suatu populasi (Wikipedia, 2012)
Evolusi didorong oleh dua mekanisme utama, yaitu seleksi alam dan hanyutan genetik. Seleksi alam merupakan sebuah proses yang menyebabkan sifat terwaris yang berguna untuk keberlangsungan hidup dan reproduksi organisme menjadi lebih umum dalam suatu populasi - dan sebaliknya, sifat yang merugikan menjadi lebih berkurang. Hal ini terjadi karena individu dengan sifat-sifat yang menguntungkan lebih berpeluang besar bereproduksi, sehingga lebih banyak individu pada generasi selanjutnya yang mewarisi sifat-sifat yang menguntungkan ini. Setelah beberapa generasi, adaptasi terjadi melalui kombinasi perubahan kecil sifat yang terjadi secara terus menerus dan acak ini dengan seleksi alam. Sementara itu, hanyutan genetik (Bahasa Inggris:Genetic Drift) merupakan sebuah proses bebas yang menghasilkan perubahan acak pada frekuensi sifat suatu populasi. Hanyutan genetik dihasilkan oleh probabilitas apakah suatu sifat akan diwariskan ketika suatu individu bertahan hidup dan bereproduksi.
Walaupun perubahan yang dihasilkan oleh hanyutan dan seleksi alam kecil, perubahan ini akan berakumulasi dan menyebabkan perubahan yang substansial pada organisme. Proses ini mencapai puncaknya dengan menghasilkan spesies yang baru. Dan sebenarnya, kemiripan antara organisme yang satu dengan organisme yang lain mensugestikan bahwa semua spesies yang kita kenal berasal dari nenek moyang yang sama melalui proses divergen yang terjadi secara perlahan ini.
Dokumentasi fakta-fakta terjadinya evolusi dilakukan oleh cabang biologi yang dinamakan biologi evolusioner. Cabang ini juga mengembangkan dan menguji teori-teori yang menjelaskan penyebab evolusi. Kajiancatatan fosil dan keanekaragaman hayati organisme-organisme hidup telah meyakinkan para ilmuwan pada pertengahan abad ke-19 bahwa spesies berubah dari waktu ke waktu. Namun, mekanisme yang mendorong perubahan ini tetap tidaklah jelas sampai pada publikasi tahun 1859 oleh Charles DarwinOn the Origin of Speciesyang menjelaskan dengan detail teori evolusi melalui seleksi alam. Karya Darwin dengan segera diikuti oleh penerimaan teori evolusi dalam komunitas ilmiah. Pada tahun 1930, teori seleksi alam Darwin digabungkan dengan teori pewarisan Mendel, membentuk sintesis evolusi modern, yang menghubungkan satuan evolusi (gen) denganmekanisme evolusi (seleksi alam). Kekuatan penjelasan dan prediksi teori ini mendorong riset yang secara terus menerus menimbulkan pertanyaan baru, di mana hal ini telah menjadi prinsip pusat biologi modern yang memberikan penjelasan secara lebih menyeluruh tentang keanekaragaman hayati di bumi.
Meskipun teori evolusi selalu diasosiasikan dengan Charles Darwin, namun sebenarnya biologi evolusionertelah berakar sejak zaman Aristoteles. Namun demikian, Darwin adalah ilmuwan pertama yang mencetuskan teorievolusi yang telah banyak terbukti mapan menghadapi pengujian ilmiah. Sampai saat ini, teori Darwin mengenai evolusi yang terjadi karena seleksi alam dianggap oleh mayoritas komunitas sains sebagai teori terbaik dalam menjelaskan peristiwa evolusi.
Teori evolusi yang dikemukakan oleh para ahli evolusi tidak terlepas dari peranan berkembangnya zaman, tiap-tiap perubahan suatu teori dimunculkan dari beberapa teori yang sebelumnya dapat dibantah oleh para ahli yang telah melakukan penelitian terkait dengan evolusi yang dengan perubahan yang terjadi di alam semesta ini. salah satu contoh yaitu terbantahnya teori Darwin oleh teorinya Harun yahya, Darwin menyatakan bahwa makhluk hidup yang ada dimuka bumu ini beserta isinya ada dengan sendirinya, teori ini dapat dibantah oleh Harun yahya dengan membuktikan bahwa alam semesta beserta isinya tidak terjadi dengan sendirinya namun ada yang menciptakan.

B.     Tujuan
Untuk mengetahui evolusi yang terjadi pada hewan Ubur-ubur (Mastigias Papua) yang kehilangan sengat racun

C.     Rumusan masalah
Bagaimanakah evolusi yang terjadi pada hewan Ubur-ubur (Mastigias Papua) yang kehilangan sengat racun





















BAB II
PEMBAHASAN

Evolusi yang terjadi pada hewan Ubur-ubur (Mastigias Papua) terjadi melalui proses yang sangat panjang dan membutuhkan waktu yang lama, perubahan dari struktur tubuh baik bentuk anatomi dan morfologi sangat berpengaruh sebagai bentuk evolusi yang di hasilkan. Salah satu bentuk evolusi yang terjadi yaitu yang diduga hewan yang berkembang di laut, kemudian menurunkan jenis-jenis hewan dan tumbuhan air yang hidup dan berkembang biak di dalam air. Karena adanya  kompetisi, organisme itu ada yang mencoba hidup ke darat. Setelah hidup di darat terjadi kompetisi dalam memperebutkan makanan dan tempat hidup. Beberapa spesies diduga berusaha kembali ke air. Dalam upaya kembali ke air itu ada yang behasil, ada pula yang tidak berhasil. Contohnya yang berhasil adalah lumba-lumba, paus, yang sepenuhnya hidup di air. Sedangkan yang tidak berhasil misalkan buaya
Cara evolusi ini merupakan sebuah kompetisi yang dihasilkan dari masing-masing spesies yang hidup saat dalam kondisi yang tidak memungkinkannya untuk tetap tinggal pada daerah tersebut sehingga menyebabkan perpindahan tempat untuk menghadapi seleksi alam dan terseleksi oleh alam.

1. Asal Usul Danau Kakaban “Danau Ubur-ubur”
Salah satu pulau Indonesiayang tak berpenghuni ini berada di Laut Sulawesi, tepatnya di sebelah Utara Semenanjung Sangkulirang. Aset wisata negara ini terletak tak jauh dari Taman Nasional Kutai di Kabupaten Berau Kalimantan Timur. Keunikan akan danau yang bernama serupa dengan nama pulaunya itu menjadi daya pikat banyak pasangan mata wisatawan, baik lokal maupun mancanegara. Danau yang berair payau ini mampu menawarkan biota laut yang siapun pun melihatnya akan takjub oleh keunikannya itu. Bagaimana tidak, beberapa jenis makhluk hidup yang umumnya berdomisili di laut telah hadir menghiasi danau kakaban. Seperti ubur-ubur, alga laut, anemon laut, spons, timun laut (teripang) dan tak ketinggalan pula jenis ikan-ikan kecil lainnya. Keanehan tersebutlah yang menjadi keunikan dari danau kakaban. Oleh karena itu, sejarah terbentuknya danau ini pun tak lepas dari sorotan penikmat alam. 

Terbentuknya danau kakaban bermula dari 2 juta tahun lebih yang lalu. Ketika danau tersebut merupakan laguna dari sebuah atol yang terbentuk dari karang. Pada jaman itu telah terjadi sebuah proses pengangkatan selama beberapa ribu tahun yang mengakibatkan terumbu karang di sekelilingnya naik di atas permukaan laut. Selain itu, danau yang berisi air laut terbentuk dari 5 km2 air laut yang terperangkap di dalam pematang dengan ketinggian 50 m. Kemudian ditambah air dari dalam tanah dan air hujan sejak sekian lama. Akibatnya, semua makhluk hidup yang terperangkap pun beradaptasi selama beribu-ribu tahun yang lalu dengan lingkungan barunya itu.

Pemandangan danau kakaban disuguhi oleh oleh pohon-pohon bakau dan pohon-pohon lebat lainnya yang mengelilingi pulau. Terumbu karang yang menurun nan curam mengahadap langsung ke laut sebagai bagian garispantai Pulau Kakaban. Di dunia ini, ubur-ubur yang tak beracun hanya bisa ditemukan di dua tempat yakni di Danau Kakaban dan satu lagi di Palau, Kepulauan Mikronesia. Keduanya merupakan danau berair payau. Namun, Danau Kakaban koleksi ubur uburnya lebih kaya.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiueGPBrwZI200tmzufwVeCCTXV_jAHpU8T_jPgD9yGKRMWOLYUT7hSTTEffFNws7syoQzlLeQgQrQ8H-2fkCwBhSXpN7PguN55-T2iGw0Ujek7vymNLTznbnzqIEjXkOQ1qhyUwxv4EWo/s320/ru.jpg


 Ikonyang menjadi pusat sorotan dari danau kakaban adalah ubur-uburnya yang sama sekali tidak beracun. Jelas berbeda dengan ubur-ubur pada umumnya. Menurut Menteri Kehutanan, membeberkan bahwa ubur-ubur tak beracun adalah endemik yang berasal dari danau berair payau atau danau ubur-ubur di Pulau Kakaban, Kalimantan Timur. Jenis ubur-ubur tersebut memang tidak memiliki sengat beracun antara lain, Cassiopea ornata,Aurelia aurita, Triedalia cystophora, dan Mastigias papua. Hasil evolusi tersebut terjadi akibat adanya isolasi di danau air asin karena tidak adanya hewan pemangsa atau predator. Ubur-ubur seperti ini diakibatkan adanya proses evolusi yang cukup lama oleh air hujan dan air tanah, dimana air danau disini menjadi lebih tawar dibandingkan air laut yang ada di sekitarnya. Dampaknya pada adaptasi hewan laut di dalamny, khususnya spesies ubur-ubur Mastigias papua.
  
                             2. Perbandingan Karakteristik Ubur-ubur (Mastigias papua)

KARAKTERISTIK
Ubur-ubur Pada Umumnya
Ubur-ubur Danau Kakaban
Kebanyakan ubur-ubur hidup di laut (perairan), yaitu dari pantai hingga dasar laut.
Ubur-ubur yang berada di Danau Kakaban hidup di air yang lebih tawar dibandingkan dengan air laut d sekelilingnya.
Keistimewaan dari ubur-ubur adalah Sel penyengat (nematosit) yang berada pada tentakelnya dan berfungsi untuk beberapa aktivias ubur-ubur seperti pergerakan, menangkap mangsa serta pertahan diri. Nemato atau sel penyengat adalah struktur intraseluler paling besar dan kompleks. Racun dari mematosis bervariasi dan neurotoksin adalah yang paling sering muncul.
Dikarenakan adanya perbedaan ekosistem air, daya sengat yang dimiliki oleh ubur-ubur menjadi turun atau bahkan hilang. Demi mempertahankan hidup, mereka (ubur-ubur) berevolusi dengan mengikuti perubahan ekosistem di sekitarnya. Perangkat organ penghasil racun yang ditemukan pada ubur-ubur yang hidup di air laut dengan kepekatan garam pun musnah.
Ubur-ubur termasuk ke dalam bangsa karnivora. Makanan ubur-ubur terdiri atas berbagai macam hewan, mulai dari jenis zooplankton hingga ikan yang ditangkapya dengan tentakel yang dilengkapi banyak nematosis.
Ubur-ubur tersebut cenderung pasif atau berdiam diri dengan bukaan payungnya yang terbalik menghadap ke atas dan membiarkan tentakelnya yang penuh alga simbion untuk fotosintetis. Prilaku ini merupakan perilaku “memelihara” simbion dalam tubuhnya berupa mikroalga yang hidup dalam jaringan. Hal ini merupakan aksi simbiosis yang saling memberi keuntungan. Mikroalga dapat menggunakan produk metabolik (CO2) dari ubur-ubur, sebaliknya ubur-ubur dapat menggunakan oksigen yang dihasilkan dari fotosintesis mikroalga.
Menurut para ahli, Beribu-ribu tahun diperlukan untuk suatu proses evolusi dari suatu bentuk kehidupan yang lebih kompleks dimana ini hal ini bisa terjadi hanya di laut tanpa adanya kehidupan yang bersaingan.
             
              Satu fenomena yang paling menarik di danau ubur-ubur adalah migrasi vertical harian pada Mastigias papua. Diketahui bahwa migrasi verticalMastigias papua merupakan bentuk tingkah laku dalam beradapatasi dalam fasilitas penambahan zooxanthellae. Hal ini dibuktikan di Palau bahwaMastigias papua dapat bertoleransi dan menahan ammonium yang berkonsentrasi tinggi di atas anoxic chemocline (Tomascik and Mah, 1994). 


              Ini merupakan adaptasi yang cukup unik, khususnya adalah migrasihorisontal harian oleh Mastigias, kepadatan tinggi dan tumbuhan yang tetap hijau hadir di antara spesies ubur-ubur, dan tertutupnya sifat alami dari ekosistem ini, dimana ubur-ubur merupakan planktivores teratas, membuat danau laut menjadi tempat yang sangat menarik dalam satu jangkauan dari ekologis dan evolusiner investigasi. Mastigias dapat sedikit menyengat manusia dan membunuh mangsa mikroskopik, mereka bersimbiotik dengan zooxanthellae dan mereka telah terisolasi pada danau ± 20.000 tahun yang lalu.Beberapa danau laut tropis di Palau terdapat populasi perrenial yang sangat banyak dari dua ubur-ubur Scyphozoan: ubur-ubur keemasan (Mastigias sp), dan moonjellyfish (Aurelia sp). Medusae keemasan (Mastigias sp) memiliki tingkah laku, morfologi dan fisiologi yang merupakan hasil dari manisfestasi atau perwujudan evolusi ekosistem yang terisolasi ribuan tahun yang lalu. (Dawson et al, 2001).



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan

Bentuk evolusi dari hewan ubur-ubur Mastigias papua  terjadi melalui proses yang sangat panjang, proses perubahan yang terjadi dari segi morfologi dan anatomi serta tingkah laku dimulai dari sebuah kompetisi, sehingga dalam berevolusi tidak terlepas dari peran lingkungannya. Dengan dibantu oleh lingkungan, maka tiap sel akan terus mengalami perkembangan hingga pada tahapan terbentuknya  sebuah individu baru.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar